Sebenarnya saya tidak benar-benar menginginkan untuk jadi paskibraka. Karena orang tua yang memaksa saya akhirnya saya mau mencobanya.
Semuanya berawal ketika di sekolah pada waktu itu seluruh siswa kelas 10 untuk baris di lapangan sesuai dengan kelasnya. saya berdiri di barisan di paling depan, yang menyeleksi kita adalah tentara dan dinas dispora, karena tinggi dan badan saya yang cocok serta ideal, akhirnya saya lolos pada seleksi tahap pertama.
Seminggu kemudian adalah seleksi tahap kedua, di sana saya di wawancarai dan di tes kesehatan saya. Yang lucu, pada saat saya di wawancara saya di suruh nyanyi lagu Indonesia Raya dan di tanya penciptanya. Pertanyaan itu saya tidak bisa menjawabnya karena saya lupa siapa penciptanya. tapi Alhamdulillah saya bisa lolos di seleksi tahap kedua.
Keesokan harinya, peserta yang lolos di tahap kedua akan di tes di tahap ketiga, yaitu tentang pbbnya. Kami di suruh berkumpul di Are' Lancor. dengan suasana tegang akhirnya saya bisa lulus di tes yang ketiga ini. Ada kejadian yang paling saya ingat ketika saat saya di tes, badan saya bungkuk condong ke depan, kemudian oleh tentaranya saya ditegakkan kembali, saya tertawa-tawa dalam hati saat itu.
Akhirnya saya bisa jadi anggota paskibraka, pada saat pelatihan, saya di beri kaos olahraga, topi, dan seragam putih putih kebanggan semua orang. Di pelatihan, mental kami benar-benar di uji, kami di bentak bentak, di hukum, dan seperti di aniaya, tapi dalam batas wajar. Kulit saya benar-benar menjadi hitam (walaupun emang hitem aslinya), kepala saya di botakin. Tapi, semua pengalaman tersebut tidak akan pernah saya lupakan, saya bersyukur menjadi seorang anggota paskibraka, saya akan selalu mengenang pengalaman tersebut.
